Konstitusi Baru Kuba Perkuat Relasi
![](http://berkas.dpr.go.id/pemberitaan/images_pemberitaan/images/EOT_7949%20ok.jpg)
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon usai menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Kuba untuk Indonesia Nirsia Castro Guevara Foto : Geraldi/mr
Kuba memproklamirkan konstitusi barunya kepada dunia. Bila dahulu negara ini begitu tertutup (inklusif), kini telah membuka diri (eksklusif) terutama terhadap investasi asing. Perkembangan mutakhir menyangkut konstitusi baru ini telah membuka jalan relasi Indonesia yang lebih kuat dengan negara yang pernah dipimpin Fidel Castro itu.
Demikian disampaikan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon usai menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Kuba untuk Indonesia Nirsia Castro Guevara di Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (26/2/2019). Dengan konstitusi baru ini, banyak investasi asing masuk. Hampir semua negara ASEAN sudah menanamkan investasinya di Kuba, kecuali Indonesia yang belum sama sekali.
“Dubes Kuba menyampaikan perkembangan terbaru di negaranya yang baru saja memiliki konstitusi baru. Konstitusi baru ini disetujui 87 persen warga negaranya. Dengan konstitusi baru ini, membuka peluang relasi yang lebih kuat lagi dengan Kuba. Kita tahu Kuba ini negara yang agak tertutup sebelumnya, karena pemerintahannya sosialis. Artinya, kepemilikan negara sangat dominan,” ungkap Fadli dalam wawancaranya usai pertemuan.
Konstitusi baru, relasi baru, itulah yang kini terjadi di Kuba. Negara sosialis yang tertutup ini berani membuka diri untuk mengikuti perkembangan zaman. Khusus di bidang investasi, dunia internasional menyambut positif perkembangan di Kuba ini. Invesatsi mengalir deras seiring konstitusi baru yang sudah diberlakukan. Tak ketinggalan negara-negara ASEAN seperti ikut berlomba menanamkan modalnya di negara yang berada di Kawasan Karibia ini.
“Karena hubungan Kuba-Indonesia sudah sangat lama, mereka ingin ada investasi dari Indonesia. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain seperti Thailand, Laos, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, kita termasuk yang paling terbelakang dalam hubungan investasi dengan Kuba. Mereka berharap investasi Indonesia bisa masuk. Negara-negara ASEAN lain sudah masuk, bahkan Singapura sudah bikin hotel. Tapi, Indonesia belum ada sama sekali,” jelasnya.
Sejak tahun 1960-an, Indonesia-Kuba sudah membangun relasi politik yang sangat kuat. Mendiang Presiden pertama Indonesia Soekarno telah melatakkan poros sekaligus pondasi relasi dengan pemerintah Kuba yang waktu itu masih dipimpin mendiang Fidel Castro. Kini, di era modern, Indonesia-Kuba perlu melebarkan sayap relasi ke ranah investasi yang saling menguntungkan kedua negara.
Menurut Fadli, ini langkah maju Kuba yang telah mengamandemen konstitusinya. Invesasti dari Indonesia pun sangat dinanti Kuba. “Konstitusi baru membuka ruang investasi baru bagi swasta dan asing. Dampaknya terhadap relasi dengan Indonesia lebih terbuka. Sebelumnya enggak bisa. Sekarang mereka membuka diri. Kuba, kan, dianggap negara yang tertutup sebelumnya terhadap investasi asing. Ini perkembangan baru dan merupakan langkah Kuba yang sangat maju,” nilai politisi Partai Gerindra itu. (mh/sf)